Strategi Kognitif (Cognitive Strategies)
Proses pembelajaran bukan semata-mata proses penyampaian materi bidang ilmu tertentu saja, sebaliknya yang lebih penting adalah proses pengembangan kemampuan strategi kognitif peserta didik. Di dalam bidang pendidikan yang menjadi penting adalah bagaimana membantu siswa mempelajari serangkaian strategi yang tepat yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai permasalahan. Pemikir yang baik menggunakan strategi secara rutin untuk memecahkan masalah. Pemikir yang baik juga tahu kapan dan di mana mesti menggunakan strategi (pengetahuan metakognitif tentang strategi. Memahami kapan dan dimana mesti menggunakan strategi sering muncul dari aktivitas monitoring yang dilakukan siswa terhadap situasi pembelajaran. strategi kognitif juga merupakan proses berpikir induksi, dimana siswa belajar untuk membangun pengetahuan berdasarkan fakta atau prinsip yang diketahuinya. Strategi kognitif tidak berhubungan dengan materi bidang ilmu tertentu, karena merupakan keterampilan berpikir siswa yang internal dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu. Ini terlihat ketika siswa mempelajari materi suatu bidang ilmu, mereka juga terlibat dalam proses untuk mengembangkan strategi kognitif.
Kemampuan kognitif ini biasa diartikan dengan cara-cara yang digunakan oleh peserta didik untuk memandu pelajaran mereka, cara mereka berpikir, bertindak, ataupun merasakan sesuatu. Strategi kognitif merupakan salah satu kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai oleh seorang peserta didik dalam belajar atau memecahkan masalah. Strategi kognitif merupakan kemampuan tertinggi dari domain kognitif, setelah analisis, sintesis, dan evaluasi. Strategi kognitif ini dapat dipelajari oleh peserta didik. McDevitt dan Ormrod (2002), mendefinisikan strategi kognitif sebagai “specific mental process that people use to acquire or manipulation information.” Jadi, yang dimaksud dengan strategi kognitif adalah proses mental atau kognitif tertentu yang digunakan orang untuk memperoleh atau memanipulasi informasi. Menurut Gagne dalam Paulina dan Malati (1997) strategi kognitif adalah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Dalam pendapat yang lain dikatakan “Cognitive Strategy Instruction (CSI) is a very broad subject but here you will find anoverview of the process and practical tips. For more in depth study references are provided. CSI is a tool intended to help students develop the necessary skills to be self-regulated learners” (Reid, 2006). Gagne menyatakan bahwa strategi kognitif menampilkan fungsi eksekutif atas sebuah kontrol dalam memproses informasi, dan hal itulah yang disebut juga dengan pengetahuan kondisional. Pembelajaran dengan strategi kognitif bukanlah serangkaian langkah khusus. Sebagai contoh pada saat pembelajaran membaca, agar peserta didik dapat membaca dengan baik maka yang harus dilakukan guru ialah membekali peserta didik dengan strategi. Strategi yang dimaksud, dapat menggunakan pertanyaan seperti: who, what, why, when, where, dan how. Dalam proses membaca agar para peserta didik dapat menghasilkan atau membuat pertanyaan yang mengantarkan mereka mengerti apa yang mereka baca, peserta didik menggunakan strategi kognitif tersebut untuk mengatur tingkat atensi mereka, membantu dalam proses pengkodean informasi baru, dan berusaha meningkatkan kemampuan untuk mengingat informasi ketika berada dalam keadaan terdesak, seperti saat ujian. Menciptakan strategi kognitif yang efektif dan unik, adalah bagian dari suatu pembelajaran mengenai cara belajar, dan cara belajar secara independen
Keterampilan Berpikir (Thinking Skills)
Menurut Santrock (2011, 301) thinking atau berpikir melibatkan manipulasi dan pengubahan informasi dalam memori di dalam otak. Manusia berpikir untuk membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan guna pemecahan masalah. Peserta didik dapat berpikir tentang hal-hal konkret, seperti liburan di pantai atau bagaimana untuk menang di dalam permainan video game atau tentang subyek lain yang lebih abstrak, seperti makna kebebasan atau identitas. Berpikir dapat dibedakan dengan penalaran atau reasoning. Menurut Santrock (2011, 302) penalaran adalah pemikiran logis yang menggunakan metode induksi dan deduksi untuk mencapai atau menarik sebuah kesimpulan. Berpikir dan bernalar adalah dua hal yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya di dunia ini. Keterampilan berpikir dan bernalar difungsikan secara optimal agar manusia dapat hidup adaptif di dalam dunia.
Keterampilan berpikir umumnya diarahkan untuk memecahkan masalah. Hal itu dapat dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi berbagai model tugas pembelajaran di sekolah agar model- itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat mendorong para pelajar untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi perseptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957) dan mampu mengantisipasi hasil-hasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah (trial and error).
Secara umum keterampilan berpikir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) tipe, yaitu: berpikir kreatif (Creative Thinking), berpikir kritis (Critical Thinking), pemecahan masalah (Problem Solving), dan pengambilan keputusan (Decision Making). Berikut uraiannya:
Berpikir Kreatif
Menurut Beghetto & Kaufman, 2010; Sternberg, 2009, 2010a, b dalam Santrock (2011, 310) sebuah aspek penting dari pemikiran adalah bagaimana dapat berpikir kreatif. Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa dan datang dengan solusi unik untuk masalah. J. P. Guilford (1967) dalam Santrock (2011, 310) membedakan antara berpikir konvergen, yang menghasilkan satu jawaban yang benar dan merupakan karakteristik dari jenis pemikiran yang diperlukan pada tes kecerdasan konvensional, dan berpikir divergen, yang menghasilkan banyak jawaban untuk pertanyaan yang sama dan lebih karakteristik kreativitas. Berpikir kreatif merupakan kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan sesuatu yang baru.
Selanjutnya menurut Santrock (2011, 311) tahapan atau langkah dalam proses kreatif sering digambarkan sebagai lima langkah berurutan, sebagai berikut:
Beberapa ciri berpikir kreatif, diantaranya:
Berpikir Kritis (Critical Thinking) merupakan kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Menurut Santrock (2011, 303) berpikir kritis melibatkan berpikir reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti. Berpikir kritis memungkinkan kita mengenali dan memahami berbagai analisis data subyektif yang dinyatakan secara objektif serta sesuai kebutuhan. Ciri-ciri berpikir kritis adalah sebagai berikut:
Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
Masalah berada dimana-mana, terlebih lagi di rumah tangga atau tempat kerja kita setiap hari, karena secara alamiah setiap hari manusia senantiasa bergelut dengan masalah. Situasi menjadi masalah ketika kita mengambil mereka sebagai tantangan pribadi dan memutuskan untuk mencurahkan segenap waktu dan usaha untuk menyelesaikannya. Penyelesaian masalah menambahkan wawasan dan pengalaman untuk apa yang sudah kita ketahui. Hal tersebut menyediakan hubungan baru antara apa yang kita sudah tahu atau memberikan sudut pandang lain mengenai situasi yang biasa.
Menurut Schunk (2012, 299) problem atau masalah mungkin saja diselesaikan dengan cara menjawab pertanyaan, menghitung solusi, mencari obyek, mengamankan pekerjaan, mengajar mahasiswa, dan sebagainya. Penyelesaian masalah adalah upaya orang untuk mencapai suatu tujuan karena mereka tidak memiliki solusi secara otomatis. Pemecahan masalah dapat memicu kreativitas. Dalam kehidupan profesional, banyak masalah yang timbul yang menuntut profesionalisme dan keterampilan seseorang di lapangan untuk mengatasinya. Dalam hal tanggung jawab, kemampuan menyelesaikan masalah menjadi sangat penting karena dapat menguji kemampuan seseorang mengatasi suatu permasalahan. Setiap orang memiliki tujuan yang sama dari masalah yang dihadapinya, yaitu bagaimana menemukan cara atau metoda yang unik dan tepat untuk menyelesaikannya. Jadi, menjadi seorang penyelesaian masalah (problem solver) sangat penting untuk mendukung kepercayaan diri seseorang dan menjadi penting untuk keberhasilan mereka di dunia kerja serta di masyarakat.
Terdapat empat langkah dasar dalam proses penyelesaian suatu permasalahan, sebagai berikut:
Menurut Sánchez, et al (2008, 142) dalam tingkat mastery, seorang problem solver haruslah memiliki penguasaan atau keterampilan dalam:
Selanjutanya menurut Sánchez, et al (2008, 142), indikator dari penyelesaian masalah, yaitu sebagai berikut:
Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Mengambil keputusan adalah kebutuhan sehari-hari seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat. Mulai usia dini kita sudah mengambil keputusan dan tidak akan pernah berhenti melakukannya sepanjang kehidupan. Demikian pula dalam dunia akademik dan profesional, setiap orang perlu mengambil keputusan yang sangat penting. Namun yang menjadi ciri seseorang berada pada tingkat tertinggi dari pekerjaan atau profesinya adalah kepentingan untuk pengambilan keputusan yang tepat guna. Masyarakat mengharapkan lulusan universitas untuk dapat mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang paling kompleks dan penting dalam konteks dan bidang tertentu dengan penuh kesadaran dan perhatian terhadap ruang lingkup serta memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi dari keputusan yang diambilnya.
Kompetensi pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bagaimana menjadikan seseorang untuk dapat memilih tindakan (solusi) yang terbaik dari permasalahan yang dihadapinya. Pengembangan kompetensi tersebut adalah bagaimana mengambil keputusan yang berkualitas secara sistematis, memilih teknologi yang tepat guna dari berbagai teknologi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan, dan sekali keputusan tersebut sudah diambil, maka sang decision maker harus berdiri di belakang keputusan itu dengan komitmen penuh.
Menurut menurut Sánchez, et al (2008, 149) dalam tingkat penguasaan atau mastery, seorang decision maker haruslah memiliki penguasaan atau keterampilan dalam:
Keterampilan berpikir berpusat pada dua jenis sumber berpikir, yaitu :
Masalah yang dihadapi guru dalam membina peserta didik untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan strategi adalah bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan strategi itu bersifat fleksibel yang dapat digunakan dalam berbagai situasi. Pernyataan-pernyataan perilaku yang melukiskan pengetahuan dan keterampilan strategis kognitif, sekalipun strategi itu di dalam pelaksanaannya sering berubah-ubah. Pengetahuan dan keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Daftar pustaka
Bruner, J. S. Going beyond the information given. New York: Norton., 1957
Gagné, R. M. The Conditions of Learning and Theory of Instruction, 4th ed. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1985.
McDevitt, T. M., dan Ormrod, J. E. Child development: Educating and working with children and adolescents, 2nd ed. Upper Saddle River: Pearson Merrill Prentice Hall, 2002.
Paulina, P. dan Malati, I. Strategi Kognitif , Jakarata: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1997.
Reid, B. Cognitive Strategy Instruction, Lincoln: Dept. of Special Ed &Communication Disorders, 2006.
Santrock, John W. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill, 2011.
Sánchez, A. V., Ruiz, M. P., Olalla, A. G., Mora, G. M., Paredes, J. A. M., Otero, J. M., Munoz, I., Ildefonso, S., & Eizaguirre, J. S. Learning A Proposal for the Assessment of Generic Competences. Bilbao: University of Deusto, 2008.
Schunk, Dale H. Learning Theories: An Educational Perspective. Boston: Pearson, 2012.
Tinggalkan Komentar